Selasa, 16 Agustus 2011

PTK Bahasa Jawa

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem pendidikan nasional diselenggarakan melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam dan oleh keluarga, termasuk pendidikan agama, nilai budaya, nilai susila, dan norma perilaku.
Satuan pendidikan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupal:an pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar rnengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (lampiran II Kep. Kakandepdikbud Propinsi Jatim, 1994).
Pendidikan dasar adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 (sembilan) tahun yang diselenggarakan selama 6 (enam) tahun di sekolah dasar (SD) dan 3 (tiga) tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) atau satuan pendidikan yang sederajat.
Kurikulum pendidikan dasar terdiri dari kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan (muatan lokal). Muatan lokal berfungsi memberikan peluang untuk mengembangkan kemapuan siswa yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Satuan pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas, satuan pendidikan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional.
Kurikulum muatan lokal propinsi Jawa Timur lebih menekankan pada kemampuan berbahasa daerah, pemahaman atau penghayatan terhadap kesenian daerah, kerajinan daerah ciri khas lingkungan alam sekitar, pendidikan kesejahteraan keluarga, ketrampilan, serta hal-hal lain yang dianggap perlu, yang ada dan berkembang di Iingkungannya yang menunjang pembangunan daerah, agar siswa mampu membantu orang tua dan diri sendiri dalam menghadapi kehidupannya.
Pelaksanaan kurikulum muatan lokal dibagi dua, yaitu kurikulum muatan lokal wajib dan kurikulum muatan lokal pilihan. Kurikulum muatan lokal wajib adalah bahasa daerah, sedangkan kurikulurm muatan lokal pilihan adalah Bahasa Inggris di SD, ketrampilan, kesenian, dan lainnya yang mengandung ciri khas daerah (Musrifah, 1999:4).
Menyimak isi program muatan lokal wajib mata pelajaran bahasa daerah di Jawa Timur dan berwujud bahasa daerah dan bahasa madura salah satu sekolah dasar yang memakai bahasa daerah di Jawa Timur adalah SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo Hal ini sebagai perwujudan dan penerapan kurikulum muatan lokal dan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi akrab dengan lingkungannya. SDN Krembung II Kec. Krembung Sidarjo merupakan sekolah dasar yang memiliki peserta didik yang terdiri dari masyarakat Jawa.
Berdasarkan pengamatan, sebagian besar siswa di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo berbahasa ibu bahasa jawa. sedangkan di sekolah mereka harus belajar muatan lokal bahasa daerah jawa untuk. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran kurikulurn muatan lokal di SD Negeri Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo, perlu dilakukan penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, topik tentang pelaksanaan kurikulum muatan lokal ini menarik dan perlu untuk diteliti.




B. RUMUSAN MASA,LAH
Berdasarkan pada uraian latar belakang, masalah utama yang perlu dibahas adalah :
" Bagaimana penerapan pembelajaran kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa di Kelas I SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo ?"
Adapun masalah-masalah penelitian seca.ra terinci antara lain:
1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Jawa Siswa Kelas I di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo ?
2. Bagaimana pelaksanaan penerapan pembelajaran Bahasa Jawa di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo?
3. Bagaimana evaluasi pembelajaran Bahasa Jawa di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan yang dikemukakan pada rumusan masalah, yaitu:
1. Mendeskripsikan pcrcncanaan yang dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran muatan lokal Bahasa Jawa di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran muatan lokal Bahasa Jawa di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo.

D. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, antara lain:
l. Bagi SDN Krembung II Kec. Krembung Sidarjo
a. Sebagai bahan pertimbangan kepala sekolah dalam menentukan kebijakan pada pelaksanaan kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo.
b. Sebagai informasi tentang proses perencanaan, pelaksanaan, dam evaluasi dalam penerapan kurikulurn muatan lokal Bahasa Jawa di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidarjo
E. DEFINISI ISTILAH
Dalam rangka memperoleh kesamaan konsep pcneliti dengan pembaca, maka beberapa istilah yang digunakan pada peneliti ini perlu diberikan penjelasan. Beberapa istilah yang dimaksud antara lain:
1. Kurikulum adalah serangkaian mata pelajaran atau bahan pelajaran yang diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa.
2. Muatan lokal adalah suatu program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah, dan wajib dipelajari oleh peserta didik di daerah itu.
3. Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-­hari oleh sebagian besar orang jawa.
4. Guru kelas adalah pengajar di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo untuk masing-masing kelas I-VI pendidikan dasar.
5. Siswa adalah peserta didik di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo yang berkepentingan menerima informasi dan ilmu pengetahuan dari guru kelas melalui pelaksanaan kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa.










BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis perkataan `kurikulum' berasal dari istilah currere (dalam bahasa latin) berarti berlari cepat, maju dengan cepat, menjelajahi, serta merambat. Kata currere dijadikan curriculum yang mengandung arti gelanggang perlombaan (Sadaruddin, 2001:2). Dengan demikian secara etimologis kurikulum berarti tempat bagi peserta didik berlari atau berlomba untuk mencapai sesuatu, dalam hal ini ijasah atau gelar.
Mcnurut Depdikbud (1977) dalam Sadaruddin (2001:4), kurikulum diartikan sebagai program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
2. Fungsi Kurikulum
Sadaruddin (2001:5) menyebutkan, kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan yang mempunyai sejumlah fungsi, antara lain:
a. Fungsi bagi pencapaian tujuan pendidikan. Untuk fungsi ini kurikulum berkedudukan sebagai instrumen dalam mencapai tujuan pendidikan, mulai dari tujuan yang paling bawah sampai tujuan yang paling tinggi (tujuan akhir). pencapaian tujuan itu dilaksanakan secara bertahap dan berkait sehingga terjalin keutuhan tujuan yang dirnaksud.
b. Fungsi bagi peserta didik. Kurikulum sebagai organisasi pengalaman belajar disusun dan disediakan bagi peserta didik. Dengan kurikukum diharapkan, kurikulum bcrfungsi sebagai pemberi bekal kepada siswa untuk hidup di masa datang dengan pendidikan yang lebih tinggi.
c. Fungsi bagi guru. adalah sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar bagi peserta didik.
d. Fungsi bagi kepala sekolah. kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor pendidikan bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan kurikulum.
e. Fungsi bagi orang tua murid. Bantuan orang tua rnurid dalam mencapai tujuan pendidikan amat diperlukan. Hal ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Langsung dalam pcrtermuan guru, tidak langsung melalui lembaga sekolah yang bersangkutan. Untuk itu kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoman bagi ormg tua khusus bimbingan belajar dirumah
B. Kurikulum Muatan I.okal
1. Yengertian Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-Inasing (Utomo, 1997:12).
Pengertian lokal tidak dibatasi oleh wilayah pemerintahan tertentu, tetapi tergantung dari tujuan yang dipelajari.
Lingkup, muatan lokal meliputi: Pendidikan Budaya Daerah, pendidikan Ketrampilan, dan Pendidikan Lingkungan.
· Bahan kajian Pendidikan Budaya Daerah mencakup antara lain: bahasa docrah, kesenian daerah, adat istiadat, budaya daerah, dan olah raga daerah.
· Bahan kajian Pendidikan Ketrampilan rnel;cakup mitara lain: ketrampilan olah tangan dengan menggunakan alat sederhana seperti elektronika, kerajinan kayu. Selain ketrampilan yang menggunakan alat sederhana juga mencakup ketrampilan yang tidak menggunakan alat seperti tata niaga.
· Bahan kajian Pendidikan Lingkungan mencakup antara lain: wawasan lingkungan, pendidikan budi pekerti, dan permasalahal sosial.
Kurikulum muatan lokal berisi sejurnlah maw pelajaran muatan lokal. Nama mata pelajarau di dalam kurikuium muatan lokal disesuaikan dengan bahan kajiannya tersebut.
2. Landasan Diberlakukannya Kurikulum Muatan Lokal
Secara lebih rinci, landasan hukum diberlakukannya kurukulum muatan lokal adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 38 ayat (1) yang menyatakan bahwa: “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memikiki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kccerdasan, akhlak. mulia, serta keteampilan yang dipcrlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dam negara".
2. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar pasal 14. ayat (3) yang menyebutkan bahwa: "Satuan pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas satuan pcndidikan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional.
3. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993 tentang kurikulum pendidikan dasar, bahwa: "Kurikulum yang disesuaikan dengan keadaaa serta kebutuhan lingkungan yang ditetapxan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaaa. Dalam Lampiran Keputusan Menteri tersebut jelas dilihat bahwa muatan lokal memiliki alokasi waktu tersendiri, untuk selanjutnya pelaksanaan kurikulum muatan lokal di sekolah didasarkan atas Keputusan Kepala Kantor Wilayah departemen Pendidikan dan Kebudayaan setempat.
3. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal
Tujuan pengajaran muatan lokal adalah agar siswa :
1. Mengenal dan tnenjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, ekonoml, dan budayanya, sehingga terhindar dari keterasingan tcrhadap lingungannya sendiri
2. Mcmiliki bckal keterampilan dan pengetahuan meneganai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.
3. 3. Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengn nilai/ aturan-aturan yang berlaku di daerahnya.
4. Mampu memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilannya untuk mececahkan masalah yang dihadapi/dijumpai, utamanya yang ada di sekitarnya.
5. Mampu menolong orang tuanya dan menolong diri sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Program Pengajaran Kurikulum Muatan Lokal
Isi Program Pengajaran

Kurikulum muatan lokal Propinsi Jawa Timur disusun untuk melengkapi kurikulum pendidikan dasar yang berlaku secara nasional. Isi kurikulum muatan lokal dapat memuat bahan kajian dan pelajaran tentang, ketrampilan, kerajinan, Bahasa Inggris di SD, pendidikan kesejahteraan Kelurrga, tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitarnya, ciri khas satuan pendidikan, kesenian daerah/tradisional serta hal-hal lain yang dianggap perlu oleh sekolah atau daerah dan dapat menunjang pembangunan daerah atau nasional.
Mata pelajaran adalah satu atau sekumpulan bahan kajian dan bahan pelajaran yang memperkenalkan konsep, pokok bahasan, tema, keterampilan, dan nilai-nilai yang dihimpun dalam satu kesatuan disiplin ilmu pengetahuan.




Susunan Program Pengajaran





Tabel 2.1
Susunan Program Pengajaran Kurikulum Muatan Lokal Propinsi Jatim

Satuan
Pendidikan
Sekolah Dnsar
Mata Pelajaran
I
I I
III
IV
V
VI
Bahasa Daerah
2
2
2
3
3
3
Muatan lokal
yang lain
-
-
2
2
4
4
Jumlah
2
2
4
5
7
7

(Sumber: Lamp. 11 Kep. Kakawvil Depdikbud Mini, 2000)
Keterangan:
a. Lamanya jam pelajaran
1. Kelas I dan II = 30 menit
2. Kelas I s/d VI = 40 menit
b. Jumlah jam pelajaran per minggu kurikulumn muatan lokal

1. Kelas I dan II
=
2 JP
2. Kelas III
=
4 JP
3. Kelas IV
.=
5 JP
4. Kelas V-VI
=
6 JP


5. Kurikulum Muatan Lokal dalam Kurikulum 2004
Muatan lokal dalam kurikulum 2004 merupakan realisasi dan tindak lanjut dari PP RI No. 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar, tepatnya pasal 14 ayat (3) yaitu "Satuan pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikarr yang bersangkutan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku sctara nasional dan tidak mcnyimpang dari tujuan pcndidikan nasional". Hal tersebut dipertegas dalam ayat (4) yaitu " Satuan pendidikan dasar menjabarkan dan menambah bahan kajian dari mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan setempat".
Dalam kurikulum 2004, penjatahan waktu untuk menyelenggarakan kurikulum muatan lokal Sudah tcrcakup dalam jumlah jam pelajaran per minggu. Waktu yang diperlukan untuk muatan lokal dapat diatur dari penjatahan waktu yang tersedia untuk pelajaran yang bersangkutan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
6. Kedudukan Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa dengan Kerikulum Muatan Lokal Lainnya.
Kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa mempunyai kedudukan yang sama dengan kurikulum muatan lokal yang lain, yaitu sebagai bahan kajian/konten/isi dari kurikulum tersebut. Hal ini dapat dilihat dari adanya program pengajaran muatan lokal di sekolah dasar dan sekolah lanjutan (SLIT), yaitu bahasa daerah, Bahasa Inggris, pendidikan, ketrampilan, pendidikan kesejahteraan. keluarga, pendidikan kesenian daerah, dan pendidikan kerajinan.
Seperti muatan lokal yang lain, pengajaran bahasa Jawa juga memiliki tujuan yang ingin dicapai atau kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah ia belajar.
7. Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa
1. Perencanaan Kegiatan Belajar Mengajar
Sebelum guru tampil mengajarkan, perlu membuat persiapan mengajar. Dalam hal ini guru perlu memahami sistem pengajaran yang ada. Pemahaman guru terhadap sistem pembelajaran akan mempermudah dalam penetapan tujuan, melaksanakan kegiatan belajar rnengajar, dan mengadakan penilaian. Dari kegiatan itu akan dihasilkan suatu persiapan mengajar yang sesuai.
Persiapan mengajar yang dilakukan berupaya mempelajari garis-garis besar program pengajaran untuk mengetahui tujuan dan bahan pembelajaran, untuk menentukan kegiatan belajar mengajar, dan untuk rnelaksanakan penilaian. Guru merupakan pengambil keputusan tentang urutan bahan pengajaran pada setiap semester. Persiapan mengajar dapat berupa, (a) perencanaan tahunan, (b) perencanaan semester, dan (s) perencaiiaan harian yang dituangkan dalamn bentuk persiapan mengajar. Hal yang harus dilakukan membuat persiapan mengajar, antara lain:
a. Penentuan Tujuan Pembelajaran Bahasa Jawa
Penentuan tujuan pembelajaran merupakan langkah penting dalam proses belajar mengajar, sebab tujuan pembelajaran menggambarkan kemampuan atau ketrampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mengadakan kegiatan belajar merupakan pusat kegiatan belajar mengajar (Saputro, 1993:17). Perencanaan tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kepastiai tentang kemampuan dari ketrampilan yang diharapkan dimiliki siswa setelah kegiatan belajar mengajar
2. Memberikan kriteria yang pasti sehingga kemajuan belajar/tingkat kemampuan siswa dapat diukur. '
3. Memberikan petunjuk bagi guru dalam menentukan materi dan strategi pembelajaran.
4. Memberikan petunjuk bagi siswa tentang apa yang akan dipelajari dan apa yang dinilai dalam mengikuti suatu pclajaran
5. Membantu siswa agar tidak mcngalami kegagalan. Tanpa tujuan pembelajaran dapat membawa siswa ke arah kegagalan, karena mereka tidak mengethui apa yang akan dipelajari.
b. Media dan Sumber Belaiar dalam Pembelaiaran Bahasa Jawa
Bahan pengajaran juga dapat diambil dari sumber belajar yang ada di lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya yang sesuai dengan tingkat perkembangan pikiran dan tingkah laku. Disamping itu, guru akan lebih mudah mendapatkan sumber belajar di lingkungan sekitarnya. Untuk memperoleh stunber bahan dan stunber belajar muatan lokal, guru dapat memperolehnya dari :
1. Narasumber yang ada di daerah itu
Misalnya: tokoh masyarakat, seniman, orang tua peserta didik, dinas-dinas dan orang-orang lain baik guru maupun non guru yang memiliki pengalaman atau yang menguasai bidang pekerjaannya.
2. Majalah, koran, brosur, buku teks, atau media cetak lainnya.
3. Pengalaman langsung..
2. Bahasa Pengantar
Untuk mengajarkan mata pelajaran ketrampilan, kesenian daerah, atau pendidikan kesejahteraan keluarga, menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Sedangkan untuk mengajarkan mata pelajaran bahasa daerah dapat menggunakan bahasa daerah setempat (bahasa ibu) atau pada tahap selanjutnya sebagai latihan
3. Bahan Kajian
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Jawa meliputi : melihat, mendengar, berbicara, menulis, dan apresiasi sastra Jawa (Utomo, 1997:22).
4. Metode dalam Pembelajaran Bahasa Jawa
Metode merupakan faktor penunjang kelancaran pelaksanarln kegiatan bejajar mengajar dalam rangka pencapaian tuajuan pembelajaran dan faktor pembelajaran yang menyebabkan berlangsungnya proses belajar mengajar. Dengan metode menga.jar yarlg tepat dapat diharapkan proses belajar mengajar berhasil dengan haik.
5. Evaluasi dalam Pcmbclajaran Bahasa Jawa
Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan dan saling berinteraksi dalarn mencapai tujuan, salah satu komponen tersebut adalah evaluasi. Evaluasi dalam pembelajaran menduduki peran yang sangat penting, karena dengan evaluasi prestasi belajar dapat diketahui, ketepatan metode yang digunakan dalam menyajikan pelajaran, serta dapat diketahui tercapai atau tidaknya tujuan pembc;lajaran. Dengan demikian evaluasi berfungsi sebagai umpan balik (feed back) dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
6. Bimbingan Belajar/Jam Pelajaran Tambahan
Kegiatan pelajaran tambahan yang dianggap perlu untuk menyalurkan bakat dan minat siswa pada mata pelajaran muatan lokal ter-tentu Kegiatan pelajaran tambahan sebagai pelaksanaan perbaikan atau peng.ayaan dapat dilaksanakun swcsuai dengan ketentuan. Program bimbingan belajar dtekankan pada upaya tentang cara belajar dan mengembangkan kemampuan serta kekterampilan baik dalam keterampian bahasa maupun ketrampilan yang bersifat praktis sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah setempat.

C. Bahasa Jawa
Ahmadi (20U6:4) rnenjelaskan, bahasa Jawa merupakan cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mcmbicarakan fonetik, fonologi, morfologi, serta tata tulis menulis bahsa Jawa.
· Fonetik bahasa Javia berbicara tentang pelafalan atau cara-cara mengucapkan bunyi-bunyi bahasa Jawa sesuai dengan istilah lidah dan pelisanan bahasa jawa Juwa yang secara historis sangat teliti dan selektif dibakukan.
· Sintaksis bahasa Jawa hcrbicara tcntang struktur dan pola struktur kalimat- kalimat bahasa Jawa, termasuk fungsi-fungsinya dalarl proses komunikasi penyampaian pesan.
Dengan kata lain, bahasa Jawa secara umum atau luas berbicara tentang tata swara, tata tembung, tata ukara, tuta wicaru, tata s'acuna, dan tata tulis (scrat) bahasa Jawa. Fungsi bahasa Jawa adalah sebagai alat untuk menyampail:an pesan atau isi iniormasi oleh anggota-angguta nlasyarakat yang saling hcrintcraksi dan bekerja sama dalam tata pergaulan masyarakat lingkup kebudayaan dan peradaban Jawa. Dalam hal ini, secara antropologi kultural bahasa Jawa mempunyai ragam penampilan menurut lingkup budayanya sebagai berikut:
· Lingkup Negara agung (Jogja dan Solo)
· Lingkup Dulangmas (Kedu, Magelang, dan Banyumas)
· Lingkup Pesisiran (Brebes, Demak, Kudus, Semarang, Rembang, L,asem, Tuban, Babat, dan Bojonegoro)
· Lingkup Majapahit (Mojokerto, Jombang, Sidoarjo, dan Kediri)
· Lingkup Pesisir Wetan (Surabaya, Probulinggo, Pasuruan, dan Lumajang)
· Lingkup Blambangan (Banyuwangi).
Dan berbagai ragam penampilan tersebut penataan bahasa Jawa mcngacu pada lingkup Negara agung (Jogja dan Solo) yang secara historis sebagai pusat pemikiran dan pengembangan bahasa dan kebudayaan Jawa.
Betapapun juga bahasa Jawa selain sebagai rasa pikiran juga terutama sebagai bahasa rasa dan perilaku budaya Jawa. Orang Jawa menjaga martabat dirinya dengan ungkapan "Ajining diri saka lathi", sebagai acuan nilai ketika berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Ungkapan ini tepat sekali baik dipandang dari prinsip linguistik (ilmu bahasa) maupun dari moralitas kultur berbahasa.
Masyarakat Jawa terbentuk oleh anggota-anggota yang sejak masa kanakn-kanak hingga akhir hayatnya masing-masing menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana komunikasi, sebagaimana orang tuanya terutama ibunya menggunakan bahasa Jawa dalam pergaulan keluarga dan masyarakat suku Jawa.
Ketetapan MPR No. 4/MPR/1978 menggariskan bahwa "pembinaan bahasa daerah dilakukan dalam rangka pengembangan bahasa Indonesia dan untuk memperkaya perbendaharaan batiasa Indonesia sebagai salah satu sarana idcntitas nasional". Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan bahasa Jawa mempunyai landasan hukum dan kultural yang kuat untuk kepentingan atau dalam rangka pengembailan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, , bahasa pengantar pendidikan, dan ilmu pengetahuan, dan bahasa kebuda raan nasional.
Dalam perannya sebagai pendukung pengembangan bahasa Indonesia, bahasa Jawa, mempunyai sejarah pertumbuhan, tradisi, dan perkembangannya sendiri baik kosa kata maupun straktur ber.tuknya dan ragam pengucapannya. bahasa Jawa bisa menunjang perkembangan bahasa Indonesia tentunya dalam bidang kosakata, ungkapan, dan istilah-istilah, tetapi tidak pada bidabg struktur bahasa dan sistem bunyinya.

2. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Jawa
Mata pelajaran Bahasa Jawa adalah program pengajaran bahasa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Jawa serta sikap positif Bahasa Jawa.
3. Fungsi Pengajaran Bahasa Jawa
Pengajaran bahasa Jawa berfungsi sebagai:
1. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Jawa untuk melestarikan dan pengembangan budaya Jawa dalam rangka kelungsungan pembangunan bangsa.
2. Sarana peningkatan pengetahuan dan ketrampilan berbahasa Jawa untuk mewujudkan dan mengembangkan pengetahuan tentang aksara Jawa.
3. Sarana pengembangan penalaran dan pengembangan budi pekerti yang luhur.
4. Tujuan Pengajaran Bahasa Jawa
1. Tujuan Umum
a. Siswa menghargai menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah dan berkewajiban mengembangkan serta melestarikan.
b. Siswa memahami bahasa Jawa dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, misalnya : di sekolah, di rumah, di masyarakat yang baik dan benar. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar untuk meningkatkan keterampilan, kemampuan intelektual
2. Tujuan Khusus
2.1 Kebahasaan
a. Siswa menguasai aturan tanda baca bahasa Jawa
b. Siswa mampu membedakan beberapa intonasi kalimat sesuai dengan tujuannyna
c. Siswa mampu mengetahui variasi bcntuk, makna, dan fungsi imbuhan
d. Siswa mengetahui dan mampu membedakan proses pembentukan kosa kata
2.2 Pemahaman
a. Siswa mampu menyerap gagasan, pendapat, pesan, dan perasaan orang lain, baik lisan maupun tertulis, serta marnpu memberikan tanggapan yang tepat.
b. Siswa mampu memahami, mcnghayati
c. Siswa marnpu memahami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari membaca karya sastra.
















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini berusaha untuk mendapatkan informasi secara lengkap dan menyelur-uh tentang pelaksanaan kurikulum muatan lokal bahasa Jawa di SDN Krembung II Kec. Krembung Kabupaten Sidoarjo. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualititif. Penelitian ini tergolong deskriptif karena diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sisternatis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah terientu (Zuriah, 200G:47).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif jenis penelitin.n survei, dimana penelitian survei merupakan penelitian yang mengumpulkan informasi dari suatu sampel melalui angket atau interviewiii agar nantinya mengmbarkan sebagian aspek dari populasi. Adapun tujuan penelitian survei adalah (1) untuk mencari informasi faktual secara detail dengan gejaia yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan yang sedang berjalan, (3) mengetahui hal-hal yang dilakukan oleh orang-oraug yang menjadi sasaran penelitian dalam memecahkan rnasalah, sebagai bahan nenyusun terencana dan pengambilan keputusan di masa mendatang.
B. Kehadiran Peneliti
Syahrudie (1998:4) menjelaskan, penelitian kualitiatif menyidik orang-orang dalam latar alamiah, tentang bagaimana mereka berfikri dan bertindak.
Perubahan dapat saja terjadi pada saat peneliti berada di lingkungan subyek, misalnya pada waktu melakukan observasi atau pada saat wawancara dengan subyek (Z.uriah, 2006:99). Disini peneliti berusaha menghindari pengaruh subyek secara alamiah agar proses sosial yang terjadi berjalan seperti biasanya.

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di SDN Krembung II Kec. Krembung Kabupaten Sidoarjo.

D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2002:107). Kemudian, disebut data sekunder apabila data dikumpulkan dari bahan pustaka.
Sumber data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dari orang-orang yang terlibat langsung dalam tingkah laku alamiah, yaitu guru dan siswa. Guru di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo berjumlah 7 orang, dengan jumlah siswa yang diteliti sebanyak 37 orang, dikelas IIII. Sedangkan sumber data sekunder dikumpulkan dari bahan pustaka yang berupa dokumen-dokumen penting dari catatan lapangan yang relevan dcngan fokus penelitian.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitan merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Menyusun instrumen bagi langkah penting yang harus dipahami betul oleh peneliti. Hal senada ,juga diungkapkan oleh Margono (1997:155) dalam Zuriah (2006:168) yang menyatakan bahwa pada umumnya penelitian akan berhasil dengan baik apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk rnenjawab pertanyaan penelitian (masalah penelitian) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen.
Berikut rincian instrumen penelitian yang dipalakai oleh peneliti:
a. Panduan Wawancara (interview)
Wawancara (interview) adalah alat pengurnpul data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari 7 wawancara adalah adanya kontak langsung dan tatap muka antara pencari infornlasi (interviewer) dan sumber infonnasi (interviewee).
Untuk memperoleh informasi yang tepat dan obyektif, setiap interviewer harus mampu menciptakau hubungan balk dengan responden, agar responden bersedia bekerja sama dan menjawab pertanyaan sesuai dengan pikiran serta memberi informasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Hal tersebut juga dikuatkan oleh Arikunto (2002:133) bahwa, dalam hal interviu, interviewer harus dapat menciptakan suasana santai tapi serius.
Wawancara indepth merupakarr telmik yang paling utama dalam penelitian kualitatif. Peneliti masuk ke dalam kehidupan yarig dipelajarinya untuk mengetahui, diketahui, dipercaya oleh orang yang dipelajarinya. Peneliti mencatat apa yang dilihat dan didengar sccara sistematis
Wawancara ditujukan kepada guru pengajar bahasa Jawa. Wawancara digunakan untuk: (1) mengetahui hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo , (2) pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo, (3) sebagai alat konfirmasi pada sumber data primer, dan (4) sebagai alat untuk cross check data yang telah diperoleh. Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan/pedoman wawancara.

b. Panduan Dokumentasi
Pada penelitian ini, teknik dokumentasi (doctrmenle) digunakan untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran bahasa Jawa. Perencanaan pembelajaran tersebut dapat berupa penyusunan program tahunan, program semester, dan persiapan mengajar harian.
c. Panduan Observasi
Obscrvasi diartikan scbagai pengamatan dan pcncatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.
Cara penelitian yang mengandalkan metode observasi sangat pentirng, terutama jika penelitian tersebut dilakukan terhadap masyarakat yang masio bclum terbiasa untuk mengutarakan perasaan, gagasan, maupun pengetahuannya. Melalui observasi partisipasi, peneliti dapat lebih memahami dan menyelami pola pikir dan pola kehidupan masyarakat yang diteliti. Hal ini sangat sesuai untuk diterapkan pada penelitian ini, dimana siswa-siswa di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo merupakan masyarakat suku jawa.

F. Prosedur Pengumpulan Data
Sehubungan dengan pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti melakukan prosedur-prosedur penelitian dengan melalui beberapa tahapan antara lain:
a. Persiapan
1. Mengadakan studi pendahuluan di SDN Sidoakre IV Sidoarjo tentang guru, siswa, kurirulum muatan lokal bahasa jawa secara formal
2. Membuat rancangan penelitian
3. Menyusun instrumen penelitian sebagai alat untuk mengumpulkan data.
4. Mengurus perijinan pada kepala sekolah.
b. Pelaksanaan
1. Melakukan dokumentasi pada perencanaan pembelajaran bahasa Jawa kelas rendah dan kelas tinggi.
2. Melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa masing­masing kelas.
c. Penyelesaian
1. Mengolah data selama pengumpulan data.
2. Menganalisis data setelah pengumpulan data.
3. Penyusunan laporan penelitian
G. Anavisis Dan Interpretasi Data
Analisis data dalam peneleitian kualitatif adalah proses pelacakan dari pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap haluan-haluan tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya kepada orang lain
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakarl hasil suatu proses tcrtentu setelah analisis data, dalam hal ini harus selalu mendasarkan diri atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian.
Fungsi utama dari kesimpulan adalah guna membantu para pembaca mengetahui hasil penelitian dengan cepat. Apabila pembaca merasa berminat, mereka dapat mempelajari lebih jauh dengan cara membaca keseluruhan laporan. Kesimpulan pada umumnya dibuat secara berurutan sesuai dengan urutan penemuan penelitian, yang dikemukakan secara garis besar dari masalah penelitian dan prosedur penelitian, tetapi penekanannya pada hasil penelitian.
H. Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data dalam pcnelitian ini meliputi kredibitas (credibility) dan konfirmabilitas (confirmhility).
1. Kredibilitas (credibility)
Yaitu kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan intorrmsi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan (Zuriah, 2006:110). Untuk memenuhi kredibilitas, teknik yang dapat dilakukan antara lain dengan mtaakuka-n pengecekan (checking) terhadap guru dan kepala sekolah.sebagai sumber data primer
2. Konfirmabilitas (confirmbility)
Konfirmabilitas adalah kriteria untuk menilai bermutu tidaknya hasil penelitian. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai kualitas hasil penelitiam sendiri, dengan tekanan pertanyaan,"apakah data dan informasi didukung oleh materi yang ada, apakah data yang terkumpul sudah valid". Untuk memenuhi konfirmabilitas, teknik yang dapat dilakukan yaitu konfirmasi kepada sumber data primer yang mempunyai hubungan langsung dens;an tingkah laku yang diteliti





BAB IV
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa bertolak dari rcncana yang matang. Perencanaan pembelajaran disusun oleh guru sebelum pelalaanaan kcgiatan pembelajaran. Pada penelitian ini, yang ternnasuk dalam perencanaan pembelajaran antara lain:
1. Perencanaan Pengajaran Harian
Di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo, guru menyatakan bahwa :
mereka tidak membuat perencanaan mengajar harian. Hal ini terjadi karena dirasa waktu yang tersedia relatif terbatas untuk rnembuat perencan.ian mengajar harian. Setiap harinya, 1 orang guru harus mengajar lebih dari 1 kelas.
Djalil (2005:1) mengemukakan, pada hakikatnya P'KR adalah suatu bentuk pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi 2 atau lebih tingkat kelas yang berbeda. PKR juga mengandung makna, seorang guru mengajar dalam 1 ruang kelas atau lebih dan menghadapi rnurid-murid dtngan kemampuan belajar yang bcrheda-beda.
2. Merumuskan Tujuan Pembelaran Sesuai dengan Kurikulum
Meskipun hanya 1 oratig guru yang membuat perencanan mengajar harian dan lainnya tidak, akan tetapi dalam pembuatan perencanaan mengajar harian tetap merumuskan tujuan pembelajaran, dan standar kompetensi dasar.
3. Merencanakan Metode Pembelajaran yang akan digunakan
Guru di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo selalu merencanakan metode pengajaran yang akan digunakan. Hal tersebut dijelaskan oleh T. Raka Joni (dalam Saputro, 1993:92) bahwa metode adalah teknik dan alat yang dapat merupakan ragian dari perangkat alat dan cara di dalam pelaksanaan kegiatari belajar mengajar. Dapat dijelaskan bahwa rnetode mengajar berl.aitan dengan cara bagaimana kehidupan proses belajar mengajar itu harus dilakukan. Dalam hal ini, metode mengajar tertivujud dalam serangkaian operasional guru dalam kegiatan belajar mengajar.








Paparan informasi dari pengamatan
Kunjungan : IV sumber data : guru Kelas I dan IV Tanggal kontak : 12 April 2008 instrumen : panduan observasi
Hari ini Bu Wiji menerapkan P'KR untuk mata pelajaran bahasa Jawa Kelas I dan IV. Guru SDN Krembung II Kec. Krembung yang lain tidak bisa hadir untuk mengajar. Ruang Kelas I dan IV memang menjadi satu. Bu Wiji rnembuka kegiatan belajar di Kelas I dan kemudian membentuik kelas menjadi kelompok­ kelompok kecil beranggotakan 3-5 orang. Selanjutnya, Bu Wiji memberikan sedikit penjelasan mengenai materi untuk hari itu. Berikutnya, Bu Wiji menugaskan untuk belajar kelompok dan menyarankan untuk bertanya Bu wiji pun segera heralih untuk, mengajar di kelas IV dan melakukun hal serupa.
Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan hahwa pembelajaran, bahasa Jawa di SDN Krembung II Kec. Krembung menggunakan metode pembelajaran kelompok, ceramah, diskusi, dan klasikal.
7. Merencanakan Balikan dan Bentuk Balikan

Di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo guru merenencanakan balikan yang dituangkan dalam bentuk persiapan mengajar harian. Meskipun tidak semua guru membuat persiapan mengajar, berdasarkan hasil wawancara terhadap 3 orang guru bahwa merencanakan balikan tetap dilakukan. Yang dimaksud sebagai balikan atau umpan balik adalah segala informasi baik yang menyangkut siswa lulusan (output) atau yang menyangkut sekolah (Ariktrnto, 2)
Umpan balik ini sangat diperlukan untuk memper baiki input. Guru pcrlu mengetahui sejauh mana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh siswa, karena dari sinilah dapat diketahui yang bersangkutan dapat melanjutkan pelajaran dengan bahan berikutnya. Apabila siswa belum mengerti bagian-bagian tertentu, guru harus mengulangi lagi penjelaanya.
Balikan/umpan balik dimaksudkan untuk mencari informasi sampai dimana siswa mengerti bahan yang telah dibahas. Uraian tersebut di atas merupakan bentuk-­bentuk balikan untuk melihat sejauh mana suatu penjelasan dapat tersampaikan dengan baik. Di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo, guru lebih sering mengajukan pertanyaan, kemudian memberikan penjelasan/review sehagai bentuk balikan terhadap bagian materi pelajaran yang kurang dimengerti.

B. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Jawa
Pelaksanaan pembeljaran Bahasa Jawa di SDN Krembung II Kec. Krembung berdasarkan berdasarkan hasil wawancara terhadap 3 orang guru dan hasil observasi terhadap kegiatan belajar mengajar bahasa Jawa adalah sebagai berikut:
1. Jenis Bahasa Pengantar yang Digunakan
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa Jawa, guru mengganak,a.n bahasa ,iawa dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Digunakannya bahasa Jawa karena bahasa tersebut merupakan bahasa ibu atau bahasa utama, sehingga memudahkan pemahaman siswa. Digunakannya bahasa Indonesia karena selain bahasa jawa, siswa hanya dapat mengerti bahasa tersebut. "
Penggunaan bahasa ibu ( bahasa jawa ) sebagai bahasa pengantar disarankan dalam kegiatan belajar mengajar pada tahap awal (kelas III).
Moeliono menuliskan, konferensi UNESCO 1953 tentang pendidikan berkesimpulan bahwa pendidikan sedapat-dapatnya diberikan lewat bahasa ibu, berdasarkan asumsi bahwa penggunaan bahasa ibu menguntungkan bagi perkembangan kognitif anak dan perkembangan emosinya. Berbagai studi
2. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran Pada Siswa
Guru di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo umunya tidak menyampaikan tujuan helajar pada siswa pada saat akan memulai pelajaran. Pada saat apersepsi, guru hanya membuat kaitan materi sebelum rnemulai palajaran.
3. Melakukan Apersepsi dan Membuat Kaitan Antar Materi
Guru di SDN Sidokare menyatakan bahwa apersepsi itu penting dan harus dilakukan untuk membuat siswa merasa siap menerima pelajaran setiap harinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apersepsi selalu dilakukan oleh guru untuk memotivasi siswa memulai pelajaran. Sesuai dengan pernyataan bahwa apersepsi diartikan sebagai perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada apa yang akan dipelajari. Sedangkan hal yang harus dilakukan dalam apersepsi adalah membuat kaitan antar materi
4. Bahan kajian dalam Pembelajaran Bahasa Jawa
Bahan kajian dalam mata pelajaran Bahasa Jawa di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo meliputi mendengar, berbicara, membaca, merulis, dan apresiasi sastra. Mendengar berkaitan dengan kegiatan mendengarkan wacana dalam bahasa Jawa, Berbicara berkaitan dengan kegiatan pelafalan dalam bahasa Jawa. Membaca tcrmasuk dalam kegiatan pemahaman.
Bahan kajian atau materi pelajaran merupakan seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan sikap serta berfungsi sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan pengajaran (Saputro, 1993:60).
Contoh wacana untuk mendengar dan kemudian diceritakan kembali:
Apa Isih Nunggu Tekane "Wedhus Gembel" Kang Luwih Ganas?
Wiwit taun 1548 nganti seprene, 1Ierapi wis ping 72 olehe mbledhvs. Lan kang dipiji paling dahsyat olehe kurda, yaiku kang kelakon taun 1930. Lha, Merapi olehe kurdha dhek Senen 15 Mei 2006 jam 05. 40 lan . jam 09.30 nembe iki, klebet golongan pira: dahsyat,setengah hebat, utawa sedhengan, climen, manut ukurane wo»g kang lagi ewuh (duwe gawe)? Bahan kajian berbicara, dengan tema unggah-ungguh basa dalam percakapan.

6. Motivasi Belajar Siswa Berkaitan dengan Ketersediaan Media
Berdasarkan hasil wawuncara dengan guru dl SDN Sidokare IV, siswa selalu termotivasi untuk belajar bahasa Jawa karena adanya/ketersediaan media berupa buku teks bahasa Jawa. Hal tersebut dijelaskan oleh McDonald dalam Sardiman (2001:71), bhawa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditertanndai dcngan munculnya feeling dan didahului tanggapan terhadap adanya tujuan.
7. Membuat Kesimpulan Setiap Akhir Kegiatan Belajar Mengajar
Guru di SDN Krembung II Kec. Krembung Sidoarjo selalu membuat kesimpulan setiap akhir kegiatan belajarar bahasa Jawa. Membuat kesimpulan termasuk dalam komponen menutup pelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bolla (1994:69), yang menuliskan bahwa terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran, antara lain: (1) meninjau kembali dengan cara merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan (2) mengevaluasi dengan berbagai macam dan bentuknya.
8. Kesulitan Siswa dalam Bclajar Bahasa Jawa
Berdasarkan hasil wawancara tcrhadap 5 orang siswa Kelas I dan 5 orang siswa kelas VI, siswa mengalami kesulitan belajar bahasa Jawa dalam hal mcnulis huruf Jawa dan membaca bahasa Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar